Oleh Fatah Syukur


MADRASAHKU
Idolaku. Itulah semboyan yang sering dikumandangkan setiap forum-forum yang ada di madrasah dan masyarakat. Madrasah yang semula sering diidentikkan dengan sekolah ìkelas duaî, sekarang telah tumbuh berkembang di masyarakat. Data di Kemenag Jateng tahun 2014- 2015 menunjukkan bahwa jumlah madrasah ada 10.740 unit, terdiri atas 10.441 (95.21%) madrasah swasta dan hanya 299 (4,79 %) madrasah negeri. Jumlah tersebut terus berkembang, karena permohonan izin operasional membuka madrasah baru terus bertambah.

Tingginya minat masyarakat muslim terhadap pendidikan madrasah, bisa dimengerti karena madrasah memberikan pendidikan agama yang lebih banyak dibandingkan pendidikan di sekolah. Dengan masuk madrasah, diharapkan siswa-siswi memiliki akhlak mulia, memiliki pengamalan agama yang lebih baik, di samping juga memiliki pengetahuan yang baik. Untuk itu, maka tuntutan peningkatan mutu terhadap madrasah harus selalu diupayakan secara berkelanjutan.

Data di Kanwil Kemenag Jawa Tengah menunjukan bahwa madrasah yang terakreditasi A baru 1.796 madrasah (16.72%), terakreditasi B ada 5.581 madrasah (51.96%) dan terakreditasi C ada 1.327 madrasah (12.36%). Sisanya 2.036 madrasah (18.96%) belum terakreditasi. Angka tersebut mengindikasikan bahwa mutu madrasah harus terus ditingkatkan, agar animo masyarakat yang sudah semakin meningkat terhadap madrasah tersebut tidak dikecewakan.

Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa masyarakat berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, maka penyelenggara pendidikan, termasuk madrasah harus memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas, agar memenuhi hak masyarakat.

Madrasah yang dikelola dengan baik, bahkan bisa memiliki prestasi lebih dibandingkan dengan sekolah pada umumnya. Di deretan madrasah negeri adalah MAN Insan Cendikia, MIN Malang, dan sebagainya. Di Jawa Tengah ada MAN 2 Kudus, MAN Demak. Di deretan swasta ada Madrasah Banat NU, Madrasah Raudlotul Ulum dan sebagainya. Salah satu alternatif yang bisa ditawarkan adalah model manajemen madrasah efektif.

Manajemen hakikatnya merupakan proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan usaha anggota-anggota organisasi serta pandayagunaan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam yang memiliki kultur yang dikembangkan dari tradisi pesantren, apabila dikemas dengan manajemen modern, maka akan menghasilkan kombinasi yang bagus.

Keunggulan-keunggulan manajemen yang mengintegrasikan antara nilai-nilai persantren dengan manajemen modern tersebut diharapkan dapat menjadi model dan dikonseptualisasi menjadi manajemen madrasah yang efektif, yang meliputi perencanaan program, pelaksanaan rencana kerja, evaluasi dan pengawasan di madrasah secara efektif.

Efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran/tujuan (kuantitas, kualitas dan waktu) telah dicapai. Dalam bentuk persamaan, efektivitas adalah sama dengan hasil nyata dibagi hasil yang diharapkan. Madrasah efektif menunjukkan kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan hasil yang diharapkan.

Berdasarkan kajian sejumlah literatur yang membahas tentang sekolah efektif akan dijumpai rumusan pengertian yang bermacam-macam. Tim Peneliti dari Seattle Public School, Washington (1982), memberikan definisi tentang sekolah efektif untuk tingkat sekolah dasar, sebagai sekolah yang seluruh siswanya memenuhi persyaratan berikut; (1)menguasai (mastery) keterampilan-keterampilan dasar; (2)berusaha meraih prestasi akademik (academic excellence) semaksimal mungkin pada semua mata pelajaran; dan (3)menunjukkan keberhasilan melalui evaluasi yang sistematis (systematic testing).

Dengan memperhatikan empat pilar pendidikan; learning to do, learning to know, learning to be dan learning to live together, berbagai kelemahan yang berkembang di masyarakat, dan mempertimbangkan akar budaya masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama, maka madrasah di Indonesia seharusnya dikembangkan untuk membantu siswanya menguasai kompetensi yang berguna bagi kehidupannya pada masa depan.

–– Fatah Syukur, guru besar Ilmu Manajemen Pendidikan Universitas Islam Negeri Walisongo