Semarang – Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Walisongo Semarang kembali menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan literasi digital beretika melalui Pelatihan Penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Berbantuan Kecerdasan Artifisial (AI). Kegiatan yang merupakan hasil kolaborasi dengan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Ditjen Pendis) ini sukses membekali mahasiswa di Kabupaten Wonosobo untuk menggunakan teknologi AI secara bertanggung jawab dalam dunia akademik. Acara strategis ini dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan I FITK UIN Walisongo yang memberikan pesan kunci: AI tidak dirancang untuk menggantikan peran manusia, melainkan untuk mencerdaskan manusia. Oleh karena itu, penggunaannya wajib cerdas, beretika, dan harus selalu berbasis pada nilai-nilai kemanusiaan.

​Pelatihan yang dipandu oleh Ns. Candra, M.Kep dari UNSIQ sebagai moderator ini menghadirkan dua narasumber ahli untuk memberikan wawasan aplikatif. Narasumber pertama, H. Wibowo Prasetyo, menekankan bahwa Kecerdasan Buatan hanyalah alat bantu yang hasil jawabannya bisa saja tidak benar atau “halu,” sehingga koreksi dan evaluasi dari manusia adalah hal mutlak. “Jadikan AI sebagai asisten untuk brainstorming dan memperbaiki tata bahasa, bukan untuk membuat isi tulisan. Kendali harus selalu ada pada kita,” tegasnya, sekaligus mengingatkan peserta akan pentingnya memahami cara kerja atau algoritma AI. Intinya, manusialah yang bertugas memberikan makna dan konteks, sementara AI hanya berfungsi sebagai alat bantu.

​Materi kemudian dilanjutkan oleh Dr. Mahmud Yunus Mustofa, M.Pd., yang mengupas tuntas pentingnya keterampilan menulis KTI dan bagaimana memosisikan AI sebagai asisten yang cerdas dalam proses tersebut. Beliau tidak hanya menjelaskan etika penulisan, tetapi juga membagikan tips dan trik praktis menggunakan berbagai platform digital bertenaga AI, seperti Blackbox AI, Connected Paper, Scispace, Consensus, Research Rabbit, Scite, Elicit, Mendeley, dan Grammarly untuk mempermudah riset. Salah satu kunci yang dibagikan adalah cara menulis prompt yang benar dengan model RACI agar AI dapat memberikan bantuan yang maksimal. Antusiasme mahasiswa UNSIQ sangat tinggi, terbukti dari partisipasi mereka dan banyaknya pertanyaan yang muncul dalam sesi diskusi, mulai dari cara menulis prompt yang efektif, menyikapi isu ghost author, hingga tips bijak dalam berinteraksi dengan AI saat menulis karya ilmiah. Semua pertanyaan dijawab secara jelas dan spesifik oleh para narasumber sehingga sukses dalam menambah pemahaman komprehensif peserta.

​Sebagai penutup, moderator menyampaikan simpulan yang bermakna bahwa kegiatan ini telah memberikan pemahaman yang utuh bahwa integrasi AI dalam dunia akademik harus didasarkan pada kecerdasan dan tanggung jawab etika. Hal ini sejalan dengan visi FITK UIN Walisongo sebagai pusat pengembangan pendidikan Islam yang transformatif dan relevan dengan perkembangan zaman. Acara diakhiri dengan sesi evaluasi dan dilanjutkan dengan ramah tamah makan siang bersama. Kegiatan ini menegaskan peran aktif FITK UIN Walisongo dalam mencetak generasi akademik yang unggul, beretika, dan melek teknologi. – Hamdan, ed.