FITK

Ketika Cinta dan Kesadaran Menjadi Kurikulum: Refleksi Guru Madrasah Purworejo Bersama FITK UIN Walisongo

FITK UIN Walisongo Online, Purworejo — Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang bersama Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama RI, menyelenggarakan seminar bertajuk “Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta dan Deep Learning di Madrasah” di Hotel Plaza, Kabupaten Purworejo, pada Jumat (7/11/2025).

Kegiatan yang diikuti 154 guru madrasah dan pendidikan agama ini menjadi ruang refleksi penting bagi para pendidik untuk memahami kembali esensi mendidik dengan hati, serta mengintegrasikan pendekatan deep learning dalam proses belajar mengajar di madrasah.

Dalam sambutannya, Prof. Dr. Mahfud Junaedi, M.Ag., Wakil Dekan I FITK UIN Walisongo Semarang, menegaskan bahwa guru adalah faktor paling menentukan dalam keberhasilan pendidikan.

“Gedung dan fasilitas penting, tapi jauh lebih penting adalah gurunya. Guru yang mengajar dengan cinta mampu menginspirasi dan memotivasi siswa dalam setiap tindakannya,” ujar Mahfud.

Ia menyebutkan, seminar ini bukan sekadar ajang silaturrahim, tetapi juga silatulfikri — pertemuan pikiran untuk memperkuat visi pendidikan madrasah yang berorientasi pada kasih sayang dan kesadaran belajar.

“Inti dari mengajar adalah membuat siswa mau belajar. Kemajuan madrasah di Purworejo ada di tangan guru yang berjiwa cinta,” tambahnya.

Sebagai salah satu narasumber, H. Wibowo Prasetyo, anggota DPR RI Komisi VIII yang membidangi agama dan pendidikan, menggarisbawahi pentingnya cinta dalam proses belajar mengajar.

“Cinta bukan sekadar perasaan, tapi strategi. Guru perlu mengajar dengan nada dan gestur yang mencerminkan kasih sayang. Itulah pesan yang paling mudah diingat siswa,” tutur Wibowo.

Menurutnya, pendekatan berbasis cinta menjadi jalan untuk menanamkan nilai kemanusiaan, empati, dan moralitas di tengah perubahan zaman yang cepat dan kompetitif.

Narasumber kedua, Dr. Fitri Yuliawati, S.Pd.Si., M.Pd.Si., dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, menjelaskan bahwa Deep Learning adalah pendekatan pembelajaran yang memuliakan peserta didik.

“Deep Learning menekankan proses belajar yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan melalui olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga secara holistik,” paparnya.

Ia juga memperkenalkan konsep Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) — pendekatan yang menempatkan kasih sayang dan nilai-nilai kemanusiaan sebagai inti pendidikan.

“Dengan KBC, kelas bukan hanya tempat mentransfer pengetahuan, tetapi ruang tumbuh yang memanusiakan manusia,” tegasnya.

Melalui kegiatan ini, FITK UIN Walisongo Semarang menegaskan komitmennya dalam memperkuat paradigma pendidikan humanistik dan spiritual. Pendidikan, menurut para narasumber, tidak cukup hanya mengandalkan rasionalitas, tetapi juga perlu menumbuhkan empati, cinta, dan kesadaran batin.

Seminar ini menjadi wadah penting bagi para guru untuk memperdalam refleksi, memperkaya metode pembelajaran, sekaligus memperkuat nilai-nilai cinta dalam mendidik generasi muda madrasah.

“Ketika guru mengajar dengan cinta, siswa belajar dengan bahagia. Dan dari sanalah lahir peradaban pendidikan yang berkeadaban,” tutup Prof. Mahfud dengan senyum.

 

Exit mobile version