FITK UIN Walisongo Online, Kuala Lumpur – Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Walisongo Semarang terus menunjukkan komitmennya dalam menyiapkan lulusan berdaya saing global. Hal ini dibuktikan dengan partisipasi mahasiswa dalam program Student Mobility ke Malaysia dan Singapura, yang berlangsung pada 7–12 September 2025. Program ini diikuti oleh mahasiswa S2 Pendidikan Agama Islam (PAI), S1 PAI, dan S1 Pendidikan Bahasa Inggris (PBI).
Selama enam hari, mahasiswa tidak hanya mengunjungi ikon-ikon budaya dan modern di kedua negara, tetapi juga terlibat langsung dalam aktivitas akademik di lembaga pendidikan ternama. Beberapa agenda penting antara lain kunjungan ke Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) di Malaysia, sekolah Al-Furqon di Putrajaya, serta diskusi bersama Persatuan Penulis Budiman Malaysia.
Kunjungan ke UPSI menjadi momen penting bagi mahasiswa untuk mengenal lebih dalam sistem pendidikan tinggi di Malaysia, termasuk inovasi dalam riset pendidikan Islam. Sementara itu, diskusi dengan penulis Budiman memberikan perspektif baru tentang literasi dan pendidikan dalam konteks budaya lokal, sekaligus memperluas jejaring akademik lintas negara.
Dekan FITK UIN Walisongo, Prof. Fatah Syukur, M.Ag., menegaskan pentingnya program internasionalisasi bagi mahasiswa.
“Program Student Mobility ini sangat penting untuk memberikan pengalaman internasional kepada mahasiswa kami. Di tengah perkembangan global yang pesat, kami ingin mahasiswa tidak hanya menguasai teori, tetapi juga memiliki wawasan luas tentang praktik pendidikan di luar negeri. Kegiatan ini memberi kesempatan bagi mereka untuk mempelajari keberagaman budaya dan inovasi pendidikan yang dapat diadaptasi di Indonesia,” jelasnya.
Lebih lanjut, Prof. Fatah menekankan bahwa pengalaman internasional menjadi nilai tambah yang signifikan dalam membentuk lulusan berkompeten, berdaya saing, dan berkontribusi bagi kemajuan pendidikan Islam di tanah air.
“Melalui program ini, kami berharap mahasiswa mampu membawa pulang ide-ide segar untuk memperkuat pengembangan pendidikan Islam di Indonesia, baik dalam konteks akademik maupun sosial budaya,” tambahnya.
Program Student Mobility ini tidak hanya memperkaya pemahaman akademik, tetapi juga membuka ruang interaksi budaya lintas negara. Mahasiswa berkesempatan merasakan keberagaman sistem pendidikan, sekaligus menyaksikan bagaimana nilai-nilai global dapat diintegrasikan dengan pendidikan agama Islam.
Salah satu peserta, Nazih Sadatul Kahfi (S2 PAI), mengaku mendapatkan pengalaman berharga yang akan berpengaruh pada perjalanan akademik dan profesionalnya.
“Melalui program ini, saya mendapatkan banyak wawasan baru yang sangat berguna dalam pengembangan diri dan profesi di masa depan,” ungkapnya.