FITK UIN Walisongo Online, Semarang — Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang kembali menggelar wisuda untuk program Doktor (S3) ke-40, Magister (S2) ke-65, dan Sarjana (S1) ke-98, pada Sabtu (1/11/2025). Bertempat di Aula 2 Gedung Tgk. Ismail Yaqub Kampus III. Di antara para wisudawan, sosok Citra Anisatun Nabila, mahasiswa Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), tampil menonjol. Ia dinobatkan sebagai wisudawan terbaik sekaligus pemilik skripsi terbaik dengan IPK 3,91.
Lahir di Jakarta pada Februari 2002 dan besar di Kabupaten Bogor, Citra tumbuh dalam keluarga wirausaha sederhana. Sang ayah bekerja di bidang tekstil dan bordir, sementara ibunya menjadi inspirasi dalam menumbuhkan semangat belajar. “Saya percaya, semua bisa pergi meninggalkan kita, kecuali amal ibadah dan ilmu,” ungkap Citra saat ditemui usai wisuda.
Ketika banyak teman sebayanya memilih jurusan populer, Citra mantap mengambil PIAUD. Alasannya sederhana namun dalam: ia ingin memahami bagaimana menjadi orang tua yang cerdas dalam mendidik anak. “Setiap manusia pernah melalui masa kanak-kanak, masa rentan yang butuh bimbingan dan kasih sayang. Dari jurusan ini saya belajar menjadi pendamping bagi tumbuh kembang anak,” ujarnya.
Skripsi Citra berjudul “Dinamika Pendidikan Anak Usia Dini pada Keluarga Pengamen: Studi Fenomenologis.” Ia memilih fokus penelitian yang jarang disentuh mahasiswa lain. “Kebanyakan teman meneliti di sekolah. Saya ingin melihat pendidikan dari sisi keluarga, terutama mereka yang berpenghasilan tidak menentu,” kata Citra.
Melalui penelitiannya, Citra menemukan bahwa di balik kerasnya kehidupan jalanan, keluarga pengamen tetap berusaha menanamkan nilai-nilai pendidikan pada anak-anak mereka. “Saya belajar, bahwa pendidikan bukan hanya milik yang mampu. Ada cinta dan ketulusan di tengah keterbatasan,” ucapnya.
Karya ilmiahnya tidak hanya mendapat nilai sempurna, tetapi juga diapresiasi oleh dosen pembimbing karena kedalaman empati dan orisinalitas pendekatan. Kolaborasi risetnya bersama dosen pembimbing, Dwi Istiyani, M.Ag., bahkan menghasilkan publikasi jurnal bereputasi nasional (Sinta 3). “Itu pengalaman berharga, karena saya belajar meneliti dengan disiplin dan hati,” katanya.
Citra menyebut dua dosen yang paling berpengaruh: Pak Sofa Muthohar dan Bu Dwi Istiyani. “Beliau berdua tidak hanya mengajar teori, tapi juga membentuk cara berpikir saya tentang kehidupan. Dari mereka saya belajar bahwa jurusan PIAUD bukan sekadar tentang anak-anak, tapi tentang membangun generasi manusia seutuhnya,” tutur Citra.
Selama kuliah, Citra aktif mengikuti kegiatan akademik dan non-akademik. Salah satu kenangan terbaiknya adalah Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan pertunjukan sendratasik (seni drama dan musik) di kampus UIN Walisongo. “Itu pengalaman berkesan, karena saya belajar bekerja sama dan berani tampil di depan publik,” kenangnya.
Usai meraih gelar sarjana, Citra berencana mengabdi di dunia pendidikan dan membantu ayahnya mengembangkan usaha bordir keluarga. Ia juga bercita-cita melanjutkan studi S2 setelah memiliki cukup rezeki. “Bagi saya, belajar tidak boleh berhenti. Gelar hanyalah pintu awal untuk bermanfaat,” ujarnya dengan senyum mantap.
Citra menutup kisahnya dengan pesan yang menggugah: “Kesulitan apa pun yang kamu hadapi, percayakan pada Allah. Jika hari ini kamu berjuang dan esok tak lagi ada, maka tugasmu di dunia sudah selesai dengan tenang.”
Bagi banyak mahasiswa, Citra bukan hanya wisudawan terbaik, tetapi juga simbol ketekunan, keberanian, dan keikhlasan seorang pembelajar sejati yang menjadikan ilmunya sebagai amal.