FITK UIN Walisongo Online, Semarang – Nama Nurul Laely Mahmudah, atau akrab disapa Nurla, menggemakan kebanggaan di Auditorium II Kampus 3 UIN Walisongo Semarang pada momen Wisuda ke-96 Program Sarjana, ke-63 Magister, dan ke-38 Doktor. Mahasiswi Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) asal Kebumen ini dinobatkan sebagai wisudawati terbaik Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) nyaris sempurna, 3,93.

Berangkat dari sebuah desa sederhana di Kabupaten Kebumen, Nurla adalah anak sulung dari tiga bersaudara dan tumbuh di tengah keluarga sederhana. Ayahnya merupakan guru di sebuah Madrasah Ibtidaiyah, dan sejak kecil ia telah menumbuhkan tekad kuat untuk menempuh pendidikan tinggi.

“Saya percaya bahwa pendidikan adalah jalan untuk memperbaiki kehidupan, tidak hanya bagi diri sendiri, tapi juga bagi keluarga dan masyarakat,” ungkapnya.

Tekad itu diuji sejak awal masa perkuliahan. Saat masih menjalani pembelajaran daring di semester pertama, Nurla mengalami kecelakaan serius yang membuatnya tidak bisa berjalan selama tiga bulan. Belum pulih sepenuhnya, ia juga harus menghadapi duka mendalam saat sang kakek wafat. Namun, semangatnya tak padam.

“Saya sempat ingin menyerah. Tapi saya percaya, setelah kesulitan pasti ada kemudahan,” kenangnya.

Kembali bangkit, Nurla aktif mengikuti berbagai kegiatan organisasi dan kepenulisan. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Ikatan Mahasiswa Kebumen (IMAKE) Walisongo, Bendahara dan Koordinator Divisi Pendidikan Pondok Pesantren Al-Ihya’ Semarang, serta Editor Redaksi LENSAISH.COM.

Kecintaannya pada dunia literasi juga membawanya menulis dua buku ber-ISBN: “Pemulihan Nilai-Nilai Moral: Kontribusi Pendidikan Islam dan Menanggulangi Degradasi Moral” serta “Menggagas Madrasah Inklusif: Konsep, Implementasi, dan Tantangan”. Ia juga mencatat prestasi akademik dengan menerbitkan artikel ilmiah di jurnal Sinta 3 Al-Kawakib milik Universitas Negeri Padang.

Bagi Nurla, pendidikan adalah misi peradaban. Tokoh yang paling menginspirasi dalam hidupnya adalah R.A. Kartini. “Saya percaya perempuan tidak hanya harus berpengetahuan, tapi juga mandiri dan memiliki peran penting dalam masyarakat. Perempuan adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya,” tuturnya dengan penuh keyakinan.

Kisah Nurla menjadi cermin tentang bagaimana ketekunan, kesabaran, dan keberanian bisa membawa seorang perempuan dari pelosok desa menuju panggung prestasi nasional. Kepada mahasiswa lain, ia berpesan, “Libatkanlah Allah dalam setiap prosesmu. Jangan pernah berhenti belajar, karena hidup tak pernah berhenti mengajarkan.”

Dalam suasana haru dan bangga, Nurla resmi menyandang gelar sarjana pada Wisuda ke-96 UIN Walisongo, hari ini, 24 Mei 2025 — bukan sekadar gelar akademik, tetapi juga simbol dari perjuangan, dedikasi, dan mimpi yang tidak pernah padam.