UIN Walisongo Semarang kembali menorehkan capaian akademik dengan mengukuhkan lima guru besar baru pada Rabu (17/09/2025). Salah satunya adalah Prof. Dr. H. Shodiq, M.Ag., yang dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Evaluasi Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).
Momentum ini bukan hanya menambah jumlah guru besar di kampus hijau, tetapi juga mempertegas kiprah UIN Walisongo Semarang sebagai salah satu perguruan tinggi Islam yang terus berkembang pesat dalam bidang akademik.
Dalam pidato pengukuhannya, Prof. Shodiq mengangkat tema “Reorientasi Paradigma Evaluasi Pendidikan Agama Islam: Evaluasi Ranah Afektif Berbasis Iman, Islam, dan Ihsan.” Ia menyoroti perlunya pergeseran paradigma dalam sistem evaluasi pembelajaran PAI, yang selama ini lebih menitikberatkan pada pengetahuan dan keterampilan.
Menurutnya, dimensi afektif seperti keimanan, sikap, dan spiritualitas masih belum mendapat porsi yang cukup. Konsep evaluasi baru berbasis Iman, Islam, dan Ihsan diharapkan mampu memperbaiki arah pendidikan agama agar lebih menyentuh aspek kehidupan nyata.
“Pendidikan agama tidak hanya mengukur apa yang diketahui atau dikerjakan peserta didik, melainkan juga bagaimana nilai iman, Islam, dan ihsan benar-benar terinternalisasi dalam dirinya,” tegasnya dalam pidato.
Ia menilai bahwa pendidikan agama harus kembali pada tujuan utamanya, yakni membentuk manusia yang berakhlak, beriman, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Islam. Dengan cara itu, PAI tidak sekadar menjadi mata pelajaran formal, melainkan juga menjadi proses pembentukan karakter yang mendalam.
Perjalanan akademik Prof. Shodiq dimulai dari studi strata satu hingga doktoral di bidang pendidikan Islam. Ia memperoleh gelar doktor dari Universitas Negeri Yogyakarta dengan konsentrasi evaluasi pembelajaran, sebuah bidang yang jarang ditekuninya secara mendalam oleh akademisi lain.
Fokusnya pada evaluasi menjadikannya figur penting dalam pengembangan instrumen pembelajaran di ranah pendidikan Islam. Ketekunannya ini membuatnya dikenal luas sebagai akademisi yang konsisten dengan bidang garapannya.
Karier akademiknya makin matang lewat pengalaman internasional, antara lain melalui Sandwich Programme di University of Illinois at Urbana Champaign (AS), Curriculum Development Training di Universiti Sains Islam Malaysia (USIM), dan International Journal Writing Programme di University of Queensland (Australia).
Keterlibatan dalam program-program internasional tersebut memperkaya perspektifnya dan memperluas jaringan akademik global. Hal ini juga menunjukkan bahwa kiprah akademisi Indonesia, khususnya dari UIN Walisongo Semarang, mampu bersaing dan mendapat tempat dalam diskursus ilmiah internasional.
Selain aktif mengajar di FITK UIN Walisongo Semarang pada jenjang S1, S2, dan S3, Prof. Shodiq juga produktif menulis karya ilmiah yang kini menjadi rujukan banyak akademisi. Beberapa karyanya yang berpengaruh di dunia akademik antara lain Evaluasi Pembelajaran: Konsep Dasar, Teori dan Aplikasi (2012), Mengukur Keimanan (2017), serta Statistika Penelitian Pendidikan (2022).
Tidak hanya itu, artikel-artikelnya telah menembus jurnal internasional bereputasi, yang semakin memperkuat posisi akademiknya di kancah global. Produktivitas ini membuktikan bahwa ia bukan hanya seorang pendidik, tetapi juga seorang peneliti yang aktif.
Di luar aktivitas akademik, Prof. Shodiq turut berperan dalam peningkatan mutu pendidikan tinggi nasional sebagai asesor di BAN-PT dan LAMDIK. Melalui tugas tersebut, ia ikut menentukan standar mutu pendidikan tinggi di Indonesia. Peran ini menunjukkan bahwa pengaruhnya tidak hanya terbatas di ruang kelas atau lingkup kampus, tetapi juga berkontribusi langsung terhadap kebijakan nasional di bidang pendidikan tinggi. Dengan demikian, keberadaannya sebagai guru besar semakin memperluas jangkauan pengabdiannya.
Dengan pengukuhan ini, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo Semarang semakin mempertegas posisinya sebagai pusat pengembangan ilmu pendidikan Islam yang berorientasi pada integrasi ilmu, nilai, dan spiritualitas. Dukungan civitas akademika FITK terhadap kiprah Prof. Shodiq juga diharapkan mampu melahirkan iklim akademik yang lebih kondusif, kreatif, dan inovatif.
Momentum ini sekaligus menjadi inspirasi bagi dosen dan mahasiswa untuk terus berprestasi serta berkontribusi nyata dalam pengembangan ilmu pendidikan Islam di tingkat nasional maupun internasional.