Semarang – Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam FITK UIN Walisongo Semarang, Syafiq Yunensa, menunjukkan wajah sumringahnya saat merampungkan studi S-1 tanpa mengerjakan skripsi. Ia menyelesaikan studinya dalam tempo yang tergolong cepat, tujuh semester.
Pria yang akrab disapa Syafiq ini mengganti tugas skripsi dengan novel karyanya yang berjudul “Catatan sang Brandal”. Novel ber-ISBN tersebut menjadi _best seller_ pada penerbit Pustakaromaalay.
Syafiq mengaku bahwa pengalaman menjadi anak _punk_ merupakan modal berharga dalam menyusun setiap novel yang ditulis, mulai dari hidup di jalanan, ditangkap polisi, tawuran, hingga pernah dikeluarkan dari pondok pesantren.
“Saya pernah jadi anak _punk_, sering juga kabur pas di pondok buat ikut tawuran, malah pernah ditangkap polisi, tapi lama-lama saya sadar kalau teman-teman saya di (kelompok) _punk_ butuh media untuk memahami agama. Makanya saya _bikin_ novel biar bisa dibaca mereka” ujar Syafiq.
Sambil terharu, Syafiq menceritakan bahwa novel yang ia jadikan sebagai pengganti skripsi adalah karyanya yang ketiga. Sebelumnya, ia berhasil menyusun cerpen lain yang berjudul “Berandal Bermoral” yang diterbitkan APpublishing dan “Joni Melawan Arus” yang diterbitkan Lovrinzpublishing.
Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Akademik, Mahfud Junaedi menyatakan bahwa FITK memperbolehkan mahasiswanya untuk mengganti skripsi dengan tugas lain seperti jurnal yang terindeks Moraref, buku ber-ISBN, bisnis yang monumental, bahkan _start up online_ yang potensial.
“Tugas akhir mahasiswa FITK tidak harus skripsi, bisa diganti karya lain seperti jurnal yang terdaftar di Moraref, buku yang sudah ber-ISBN, _start up online_ yang potensial, atau bisnis monumental, misalnya saja beromzet 15-20 juta per bulan yang dirintis oleh mahasiswa”, ungkap Mahfud.
Mahfud menambahkan bahwa upaya ini dilakukan sebagai langkah FITK untuk memberikan penghargaan kepada mahasiswa yang memiliki karya potensial.
Kebijakan ini merupakan implementasi dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang dicanangkan oleh Kemendikbudristek.
Selain itu, kebijakan ini bertujuan untuk memotivasi mahasiswa lain agar mampu mengembangkan minat, bakat, dan potensi yang dimiliki sebagai bentuk kerja akademik.
Ia berharap akan ada Syafiq-Syafiq lain di masa depan. “FITK UIN Walisongo menghargai kerja akademik mahasiswa. Semoga hal ini bisa memotivasi mahasiswa lain untuk terus berkarya”, imbuh Mahfud.
Mahfud juga menambahkan, jika ada mahasiswa lain yang memiliki karya monumental bisa diajukan kepada jurusan, yang kemudian akan ditindaklanjuti oleh fakultas, jika memang layak dan memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai tugas akhir pengganti skripsi (Nasikhin).