Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (SEMA-FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang menggelar acara Seminar Legislatif pada Selasa (19/09/23) di Gedung Teater IsDB FITK UIN Walisongo Semarang.

Acara yang mengusung tema “Menciptakan Legislator Muda Berkualitas demi Mewujudkan Kebijakan Publik yang Berkapabilitas” ini menghadirkan beberapa narasumber, yaitu Sekretaris Komisi C DPRD Kota Semarang, Suharsono, SS., M. SI & Dosen FITK UIN Walisongo Semarang, Dr. H. M Saekan Muchith, S. Ag., M. Pd. Selain itu, juga menghadirkan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang, Kadar Lusman, SE., MM., sebagai Keynote Speaker.

Acara dibuka dengan sambutan oleh Andi Setiawan selaku Ketua SEMA-F FITK. Dilanjutkan sambutan oleh Prof. Dr. Muslih, M.A. selaku Wakil Dekan 3 FITK UIN Walisongo dan Dr. H. Ahmad Ismail, M. Ag., M.Hum selaku Dekan FITK.

Andi Setiawan, selaku Ketua SEMA-F FITK menyampaikan bahwa acara ini bertujuan untuk membekali pengurus lembaga eksekutif di FITK agar mengetahui esensi dari fungsi legislatif.

“Seminar ini diadakan dengan tujuan untuk membekali kader legislator muda dan pengurus lembaga eksekutif kampus, seperti HMJ dan UKM, supaya mengetahui esensi dari legislatif tersebut,” ucapnya.

Dr. H. Ahmad Ismail, M. Ag., M.Hum, selaku Dekan FITK dalam sambutannya menyampaikan bahwa mahasiswa harus tahu situasi politik.

“Mahasiswa harus tahu situasi, jangan seperti orang awam. Mahasiswa dianggap sebagai kaum muda akademis. Mahasiswa yang kehilangan intelektualitasnya bukan mahasiswa lagi. Mahasiswa dengan privilige yang dimiliki dianggap lebih oleh masyarakat awam, sehingga mahasiswa yang hanya diam saja dianggap kehilangan priviligenya,” tegasnya.

Ismail, juga menyampaikan bahwa mahasiswa masih mempunyai kemurnian cara pandang.

“Jangan abai terhadap situasi politik kebangsaan, karena mahasiswa masih punya bekal, yaitu kemurnian cara pandang, sehingga mereka harus tetap berdiri tegak dan lurus,” ucapnya.

Lebih lanjut, ia juga berpesan jadilah mahasiswa yang kritis.

“Mahasiswa bisa melakukan tindakan apa saja bergantung bekal yang mereka dapat. Saya berpesan, jadilah mahasiswa yang kritis dan punya semangat belajar. Kerusakan akan terjadi jika mahasiswa tidak mempunyai pengetahuan, karena seminar di dalam kampus harus dalam konteks pembelajaran,” pungkasnya.

Kontributor: Agustin Fajariah Asih