FITK UIN Walisongo Online, Magelang — Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang bekerja sama dengan Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama RI, menyelenggarakan seminar bertajuk “Membangun Etika dan Keamanan Siswa di Era Digital.”

Kegiatan ini digelar di Hotel Grand Artos Magelang, Jumat (10/10/2025), dan diikuti oleh ratusan peserta didik dari berbagai sekolah dan madrasah di wilayah Magelang. Seminar menghadirkan narasumber lintas bidang: H. Wibowo Prasetyo (Anggota DPR RI), Prof. Dr. Rasimin, S.Pd.I., M.Pd. (Dekan FTIK UIN Salatiga), dan Prof. Dr. Fatah Syukur, M.Ag. (Dekan FITK UIN Walisongo Semarang).

Prof. Dr. Fatah Syukur, M.Ag., Dekan FITK UIN Walisongo Semarang, membahas secara mendalam tentang etika penggunaan kecerdasan buatan (AI) di kalangan pelajar. Menurutnya, AI kini telah menjadi bagian dari kehidupan generasi muda. Mulai dari membantu belajar hingga memproduksi konten. Namun, penggunaan tanpa etika bisa berujung pada dampak sosial yang serius.

“Anak muda hari ini luar biasa kreatif dalam memanfaatkan AI. Tapi jika tidak disertai literasi etis, kreativitas itu bisa berubah menjadi ancaman, seperti penyebaran hoaks, manipulasi citra digital, atau bahkan cyber bullying,” ujarnya.

Prof. Fatah juga mengingatkan pentingnya pendampingan guru dan orang tua agar siswa mampu menggunakan teknologi secara bertanggung jawab.

“Kita tidak bisa mematikan arus teknologi. Yang bisa kita lakukan adalah menanamkan nilai—agar anak muda bukan hanya pintar, tapi juga beradab dalam dunia digital,” tambahnya.

Senada dengan itu, Prof. Dr. Rasimin, S.Pd.I., M.Pd., Dekan FTIK UIN Salatiga, menyoroti potensi besar AI dalam dunia pendidikan. Menurutnya, AI bisa menjadi mitra strategis guru dalam pembelajaran, mulai dari personalisasi materi hingga riset cepat. Namun, kemajuan ini menuntut kedewasaan baru dari para pengguna.

“AI bukan musuh, tapi tanggung jawab baru. Tanggung jawab untuk tetap manusiawi, untuk berpikir kritis, dan untuk tidak menjadikan teknologi sebagai pengganti moralitas,” jelasnya.

Ia menambahkan, dunia pendidikan perlu menumbuhkan kesadaran digital di kalangan siswa. Bukan sekadar sebagai pengguna teknologi, tetapi juga pencipta konten yang positif, edukatif, dan berdampak.

Dalam sesi berikutnya, H. Wibowo Prasetyo, Anggota DPR RI, menyoroti pentingnya keamanan data digital dan perlindungan data pribadi bagi generasi muda. Ia mengingatkan bahwa siswa saat ini hidup dalam ekosistem daring yang penuh risiko kebocoran informasi.

“Anak muda harus paham bahwa jejak digital itu abadi. Setiap unggahan, setiap data pribadi, bisa menjadi senjata jika jatuh ke tangan yang salah,” ujarnya tegas.

Wibowo juga menekankan bahwa pemerintah tengah memperkuat regulasi keamanan data dan literasi digital untuk pelajar. Namun, menurutnya, perlindungan paling utama justru berasal dari kesadaran diri.

“Regulasi tanpa kesadaran hanya akan jadi tulisan. Kita perlu membangun budaya digital yang aman dan beretika di sekolah,” tambahnya.

Seminar yang berlangsung interaktif ini tidak hanya menghadirkan diskusi akademik, tetapi juga menggugah kesadaran peserta tentang pentingnya keseimbangan antara teknologi, etika, dan spiritualitas dalam kehidupan modern.

FITK UIN Walisongo Semarang menegaskan komitmennya untuk terus berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam membangun pendidikan Islam yang adaptif terhadap era digital tanpa kehilangan ruh moral dan nilai kemanusiaan.

“Kami percaya, masa depan pendidikan Islam ada di tangan generasi yang cerdas secara digital dan berakhlak secara spiritual,” tutup Prof. Fatah Syukur.