“BERMAIN CARA BELAJARKU”
SEMINAR TENTANG CARA BELAJAR ANAK USIA DINI DI KAB.
BANJARNEGARA

OLEH : H. MURSID, M.Ag (KETUA JURUSAN PGRA UIN WALISONGO SEMARANG)

(Banjarnegara, Maret 2015). CARA BELAJAR ANAK USIA DINI DENGAN LEBIH BANYAK BERMAIN
Anak-anak memiliki kecenderungan berubah mood. Jika mereka sedang tidak ingin belajar mengenal kata atau warna maka biarkan saja. Jangan pernahh memaksa anak anda untuk belajar membaca atau belajar hal lainnya. Dipaksa hanya akan membuatnnya enggan melakukannya kembali karena itu membuatnya tidak nyaman. Biarkan ia bermain atau belajar sesuai keinginan mereka. Sebagai orang tua, maka ada baiknya anda selalu mendampingi dan menemaninya bermain sekaligus belajar. Sehingga anda pun bisa mengenali apa yang disukainya, apa yang tidak disukainya, dan memberikan tanda apa ketika ia suka atau tidak suka terhadap sesuatu. Hal ini juga akan mendekatkan anda dengan anak anda.
Metode pelajaran lainnya yang bisa diberikan terhadap anak usia dini adalah mengajaknya bernyanyi. Bernyanyi dengan diiringi gerakan. Nyanyian dengan kata-kata yang berima dan lucu serta membuat bersemangat merupakan hal-hal yang disukainya. Bernyanyi dan bergerak tentu akan sangat baik bagi anak-anak. Bernyanyi akan membuatnya belajar mengenal lebih banyak kata-kata. Sedangkan bergerak akan membuatnya lebih aktif dan baik untuk kesehatannya. Ada kalanya anda juga bisa mengajaknya berbelanja sehingga ia pun mengenal dan mengetahui lebih banyak orang. Membuatnya lebih berani. Sehingga tidak ada salahnya jika anda mengajaknya ke toko, mal atau supermarket meskipun hanya sekedar membelikannya

METODE BELAJAR BAHASA BAGI ANAK USIA DINI
Menurut Maria Montessori, enam tahun pertama masa anak sebagai jangka waktu yang paling penting bagi perkembangannya. Tahun prasekolah menjadi masa anak membina kepribadian mereka. Karenanya untuk mengembangkan minat dan potensi anak harus dilakukan pada masa awal ini agar anak menjadi diri mereka dengan segala kelebihannya. Orangtua dan pendidik harus dapat membantu merealisasikan potensi anak untuk menimba ilmu pengetahuan, bakat, dan kepribadian yang utuh. Acuan memilih metode pengajaran bahasa untuk anak usia 0-6 tahun adalah melibatkan anak dalam kegiatan belajar. Ketika di sekolah anak diajak memilih materi yang ingin dieksplorasi. Dengan begitu anak mendapat inspirasi dan belajar mengambil keputusan sendiri.
Terdapat beberapa metode pengajaran yang disesuaikan dengan tahap usia anak:
Usia 0-3 tahun: anak dapat mengikuti kegiatan di sekolah taman bermain. Apapun metodenya, yang harus diperhatikan ialah hubungan komunikasi guru dengan anak, bagaimana cara guru itu berkomunikasi. Ketika mengajar, sebaiknya guru tidak mendominasi kegiatan anak.
Usia 5 tahun: berikan kegiatan yang dapat memberi kesempatan pada anak mengobservasi sesuatu. Sebaiknya pendidik tidak melulu mencontohkan lalu anak mengikuti. Tapi, biarkan anak mencoba-coba, misal anak menggambar bunga dengan warna hijau, kuning atau biru. Pendidik dapat memberikan kosakata baru pada anak dan membiarkan mereka merangkai kalimat.
Usia 6-12 tahun : perbanyak melatih kemampuan anak bercerita dan mempresentasikan apa yang mereka ketahui. Metode belajar ditekankan pada bagaimana anak berpikir kreatif, misalnya ketika menjelaskan suatu hal atau benda. Salah satunya dengan metode main maping, yaitu membuat jaringan topik. Misal, minta anak menjelaskan konsep meja dan biarkan anak memaparkan satu persatu pengetahuannya tentang meja mulai dari berbagai bentuk, fungsi sampai jumlah penyangganya. Proses belajar-mengajar yang baik adalah jika anak berinteraksi dengan pendidik, yaitu orangtua dan guru. Maka pendidik harus pandai menciptakan situasi yang nyaman, membangkitkan semangat belajar, dan anak antusias belajar dengan memberikan metode pengajaran yang tepat. Jika tipe belajar anak lebih aktif melalui alat pendengarannya (auditif ), maka anak diajarkan dengan mendengarkan kaset yang diselingi dengan menunjukkan gambarnya (demonstrasi), atau dapat juga dengan memutarkan video agar anak dapat melihat (visual) dengan jelas apa yang terjadi. Dengan demikian, tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai.

STRATEGI PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI
Pembelajaran adalah seuatu kegiatan yang mencakup kegiatan belajar dan mengajar. Kegiatan pembelajaran dilakukian berdasarkan rencana yang terorganisir secara sistematis yang mencakup tujuan pembelajaran, materi pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang mencakup metode dan media pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan umpan balik pembelajaran. Suatu trencana pembelajaran dan pelaksanaannya perlu memperhatikan hal-halyang terkait dengan belajar bagaimana belajar, belajar bagaimana berpikir, belajar bagaimana melakukan, dan belajar bagaimana bekerja sama dan hidup bersama.
Sejalan dengan perkembangan anak usia dini, maka pembelajaran perlu menekankan pada empat aspek tersebut di atas. Hal tersebut menjadi faktor yang kritis dalam perkembangan anak yang bersangkutan. Oleh sebab itu, pembelajaran yang direncanakan dan dilaksanakan pada lembaga pendidikan anak usia dini yang dilakukan dalam bentuk berbagai kegiatan bermain perlu menekankan pada empat aspek tersebut di atas ditambah dengan aspek-aspek lain, seperti moral, perilaku baik sebagai individu, sebagai anggota masyarakat, maupun sebagai makhluk Tuhan sesuasi dengan nilai-nilai keagamaan.
Sifat pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini berlangsung secara stumulan dan holistik, sehingga pendekatan dan desain, serta pelaksanaan pembelajaran anak tersebut terintegrasi secara terpadu.
Di sisi lain, ada hal yang penting yang juga harus diperhatikan oleh pendidik anak usia dini dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Hal penting tersebut adalah berkaitan dengan metode serta strategi dalam melaksanakan pengajaran bagi anak usia dini. Sukses tidaknya suatu pengajaran bagi anak usia dini di antaranya adalah tergantung bagaimana seorang pendidik (pengajar) menggunakan strateginya.
Ada beberapa strategi dalam pelaksanaan kegiatan pengajaran anak usia dini. Di antara strategi tersebut adalah: (1) Perhatian Intens (2) Beri Dorongan (3) Berikan Umpan Balik Khusus (4) Berikian Model Atau Contoh,(5) Mendemontrasikan, (6) Menciptakan dan menambahkan tantangan, (7) Memberikan cara atau bantuan lainnya, serta (8) Memberikan informasi secara langsung. Sedangkan dalam makalah ini akan coba saya sampaikan empat strategi yang pertama yaitu :

    1. Perhatian Intens
      Dalam melaksanakan pengajaran seorang guru sebagai pendidik harus mampu memberikan perhatian yang intens terhadap anak didik. Menaruh perhatian khusus terhadap anak sejak usia dini dapat membantu mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan berbahasa, serta kemampuan awal membaca dan menulis dengan cara bermain dan bersenang-senang anak juga mulai dapat mengembangkan kemampuan dasar berhitung, hal-hal konseptual dan kognitif serta konsep-konsep dasar ilmu alam dan pengetahuan teknis lainnya. Beberapa hal penting dapat mereka peroleh pada saat bermain seperti kemampuan memahami budaya dan seni, kemampuan memahami mahkluk hidup dan lingkungan sekitar, bangkitnya kesadaran terhadap kesehatan lingkungan, olahraga dan rekreasi.
      Selain itu, agar setiap anak mampu memikul tanggung jawab kemajuanbangsa di masa yang akan datang, maka anak-anak (tidak terkecuali) harus mendapatkan perhatian dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial. Perhatian dan pemberian kesempatan tumbuh kembang pada anak usia dini harus merupakan tekad dan aksi yang ditunjukkan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah secara bersama-sama. Upaya ini sekaligus merupakan bentuk perlindungan serta mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya tanpa adanya diskriminasi.
      Sepanjang rentang kehidupan manusia, masa anak usia dini “periode keemasan atau golden period”. Pada masa tersebut terjadi pembentukan dasar-dasar sikap dan perilaku serta perkembangan berbagai dimensi kecerdasan (inteletual, emosional, sosial, spiritual, kinestetik dan seni) yang intensif. Periode keemasan tersebut hanya berlangsung satu kali di sepanjang rentang kehidupan manusia. Jika potensi-potensi dasar pada periode tersebut kurang memperoleh berbagai rangsangan maka tidak mustahil kalau potensi anak akan tenggelam atau tidak berfunsi sama sekali (lost of capacity) ketika ia tumbuh dan berkembang menjadi pribadi-pribadi dewasa.
    2. Beri Dorongan
      Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yangmenyenangkan, yaitu pola asuh yang otoritatif (demokratik). Artinya : pengasuh harus pekaterhadap isyarat-isyarat anak, memperhatikan minat, keinginan ataupendapa anak, tidak memaksakan kehendak pengasuh, penuh kasih sayang, dankegembiraan, menciptakan rasa aman dan nyaman, memberi contoh tanpamemaksa, mendorong keberanian untuk mencoba berkreasi, memberikanpenghargaan atau pujian atas keberhasilan atau perilaku yang baik,memberikan koreksi bukan ancaman atau hukuman bila anak tidak dapatmelakukan sesuatu atau ketika melakukan kesalahan.Pola asuh otoritatif penting untuk mengembangkankreativitas anak. Dengarkan omongan anak dorong anak untuk berani mengucapkan pendapatnya,hargai pendapat anak jangan memotong pembicaraan anak, jangan memaksakanpendapat orangtua atau melecehkan pendapat anakRangsanglah anak untuk tertarik mengamati dan mempertanyakan tentangberbagai hal dilingkungannya, beri kebebasan dan dorongan untuk mengembangkan khayalan, merenung, berfikir, mencoba dan mewujudkangagasan. Berikan pujian untuk hasil yang telah dicapainya walau sekecilapapun. Jangan menghentikan rasa ingin tahu anak jangan banyak mengancam ataumenghukum, beri kesempatan untuk mencoba, asalkan tidak membahayakandirinya atau orang lainBila anda sejak dini mendorong Si Kecil untuk berbagi dan memikirkan orang lain berarti telah membentuk sifat yang baik.
      Contoh:
      Beri waktu. Buat seorang anak belajar berpakaian, melepas pakaian, mengancingkan kancing, mengikat tali sepatu, menutup retsleting atau mengancingkan kancing jepret membutuhkan waktu. Mengharapkan si dua tahun menarik celana memang mudah, tapi berharap ia bisa mahir mengikat tali sepatu sebelum ia masuk taman bermain tidaklah realistis. Anda harus terus memberi dorongan atau memotivasinya dengan sabar. Anda harus memberinya cukup membanyak waktu agar ia bisa menyelesaikan satu tugas
    3. Berikan Umpan Balik Khusus
      Seorang pendidik anak usia dini tidak berhenti pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran, atau menyampaikan materi pembelajaran kepada anak didi. Tetapi pembelajaran tersebut harus ditindak lanjuti dengan melaksanakan umpan balik terhadap anak setelah selesai mengadakan kegiatan pembelajaran.
      Contoh:
      Menulis adalah kegiatan yang membutuhkan keterampilan motorik halus bagian tangan. Keterampilan motorik halus bagian tangan akan melibatkan banyak otot kecil: jari jemari, telapak tangan dan pergelangan tangan.
      Ketika usia si kecil menginjak tahun kedua, sirkuit otak yang mengendalikan dan mengkoordinasikan gerakan tangannya masih berkembang pesat seperti di tahun pertama usianya. Di samping itu, bagian otak lain yang bernama serebelum juga mulai berkembang. Serebelum bertugas mengatur waktu dan koordinasi untuk hampir semua tugas motorik.
      Latihan penting sekali untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak batita. Latihan ibarat ”umpan balik’ bagi otak mereka. Makin sering si kecil berlatih, makin pesatlah perkembangan sirkuit otaknya, dan makin baguslah kemampuan si kecil mengontrol dan mengkoordinasikan motorik halusnya.
    4. Berikan Model Atau Contoh
      Mengajarkan nilai kehidupan , kemanusiaan ,budaya dan pengembangan moral pada anak usia dini membutuhkan keteladanan dari orangtua, guru dan masyarakat . dan penanaman ini tidak hanya berlangsung dirumah saja tetapi juga berlangsung disekolah dan masyarakat . sesuai dengan tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, kepada tuhan YME berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap ,kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Contoh dalam pelajaran sosial misalnya dalam nilai kehidupan dan kemanusiaan yang ingin ditanamkan bagaimana hidup rukun di dalam keluarga, masyarakat berkasih sayang antar anggota keluarga, memelihara kebersihan lingkungan. mengajarkan nilai kebudayaan misal di daerah Jakarta siswa harus tahu asal mula ondel-ondel terbuat dari apa, gunanya buat apa dan bagaimana cara memeliharanya. Sedangkan mengajarkan pengembangan moral bagaimana bersikap kepada yang lebih tua dan muda, dan yang paling penting strategi mengajarkan nilai kehidupan, kemanusiaan, budaya dan moral pada anak usia dini kita harus memberikan teladan atau contoh terlebih dahulu kalau ingin anak kita sopan maka harus terlebih dahulu orangtuanya sopan karena anak usia dini itu melihat contoh dari keluarga, masyarakat/lingkungan dan memang sedang berada pada proses imitasi atau meniru. Dan inipun harus berlangsung secara kontinu dan konsisten dari pendidik dan praktisi sosial.
      Orangtua adalah guru terbaik bagi anak termasuk ketika mengajarkan cara mengekspresikan emosi. Berikan contoh pada anak-anak perilaku yang sesuai saat sedang marah atau sedih. Berikan pula beberapa pilihan lain bagaimana cara mengekspresikan kemarahan, kegembiraan atau kesedihan.
      Kembangkan sikap bertanggung jawab pada anak. Misal, jika anak menumpahkan minuman minuman ke lantai, maka dia harus membersihkan sendiri. Sebelumnya berikan contoh dan penjelasan mengapa ia harus melakukan itu.

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BCCT

Metode pembelajaran anak usia dini melalui pendektatan BCCT (beyond centers and circle times= sistem sentra & saat lingkaran ) merupakan pendekatan yang dikembangkan melalui hasil kajian teoritik dan pengalaman empirik yang merupakan pengembangan dari pendekatan mentossori, high scope, head star, dan Reggio Emilia yang dikembangkan oleh cretive for childhood research and trainging ( CCCRT) Florida, USA dan sudah dilaksanakan selama 35 tahun, baik untuk anak normal maupun anak yang berkebutuhan khusus.
Pendekatan pembelajaran BCCT (beyond centers & circle) ini lahir di Florida, Amerika Serikat, dan diyakini mampu merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (multiple intelligent) melalui bermaian yang terarah. Seting pembelajaranya mampu merangsang anak untuk saling aktif, kereatif, dan terus berfikir dengan menggali pengalaman sendiri. Hal ini berbeda dengna paradigma pendidikan lama yang menghedaki murid mengikuti perintah, meniru atau menghafal. Kegiatan pembelajaran bermain sambil belajara integrasi agama melalaui pendekatan  BCCT yang dimaksud adalah pola pengajaran yang diterapkan dengan menggunakan kegiatan belajar yang menyenangkan dengan pendekatan sentra dan saat lingkaran.Pendekatan penyelenggaraan PAUD yang berfokus pada anak yang dalam proses pembelajarannya berpusat di sentra main dan saat dalam lingkaran dengan menggunakan 4 jenis pijakan (scaffolding) ini untuk mendukung perkembangna anak. Empat pijakan tersebut adalah :

  1. Pijakan lingkungan main
  2. Pijakan sebelum main
  3. Pijakan selama main
  4. Pijakan setelah main

Pijakan adalah dukungan yagn berubah-ubah yang disesuaikan dengna perkembangan yang dicapai anak yang diberikan sebagai pijakan untuk mencapai perkembangna yang lebih tinggi.

Sentra main adalah zona atau area main anak yang dilengkapi dengan seperangkat alat main yang  berfungsi  sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak dalam 3 jefnis main yaitu : (1). Main sensorimotor atau fungsional, (2). Main peran, dan (3) main pembangunan.

Saat lingkaran adalah  dimana pendidik (Guru/Kader/Pamong) duduk bersama anak dengan posisi melingkar untuk memberikan pijakan anak yang dilakukan sebelum dan sesudah main.